Indonesia pernah dikenal sebagai negara penghasil minyak bumi yang cukup produktif dan pernah menjadi pemrakarsa berdirinya OPEC pada beberapa dasawarsa yang lalu. Namun demikian seiring berjalannya waktu posisi Indonesia sebagai negara penghasil minyak bumi semakin bergeser menjadi negara pengimpor (nett importer). Produksi minyak bumi yang jumlahnya saat ini di bawah 1 juta barrel per hari membuat Indonesia mengalami kesulitan yang nyata ketika harga pasaran minyak dunia mengalami fluktuasi. Dengan didasari atas pemahaman tersebut maka pemerintah Indonesia mencoba melakukan berbagai upaya dalam rangka mengatasi masalah ini. Kemandirian di bidang energi merupakan salahsatu program yang dicanangkan untuk segera direalisasikan. Kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan-cadangan minyak baru dan sumber daya energi alternatif giat dilakukan dengan mendorong para pelaku dunia industri di bidang energi untuk melaksanakannya. Sejumlah insentif ditawarkan dan sejumlah deregulasi diluncurkan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di mata para investor untuk menanamkan investasinya.
Dalam upaya mendukung program pemerintah tersebut, maka Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memberikan tugas kepada Badan Geologi untuk melakukan pemutakhiran data dan informasi cekungan-cekungan sedimen yang terdapat di Indonesia. Cekungan sedimen merupakan target ekplorasi bagi para pelaku usaha di bidang energi, sehingga ketersediaan informasi yang baik, tepat dan akurat mengenai keterdapatan dan sebaran cekungan di Indonesia akan menjadi daya tarik bagi terlaksananya kegiatan-kegiatan ekplorasi.
Penyusunan Atlas Cekungan Sedimen Indonesia ini dilakukan dengan mengoptimalkan data gayaberat dan geologi yang telah tersedia secara lengkap, yang ditandai dengan penyelesaian peta gayaberat di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2007, di Badan Geologi.
Yang dimaksud dengan cekungan sedimen adalah tempat akumulasi batuan sedimen yang secara signifikan lebih tebal dibanding dengan daerah lain disekitarnya. Berangkat dari pengertian tersebut maka dilakukan deliniasi (pengelompokan/pembatasan suatu area berdasarkan kriteria tertentu-red) cekungan dengan parameter berupa sebaran batuan sedimen, batuan alas, tinggian dan struktur geologi tertentu yang berfungsi sebagai pembatas cekungan. Berdasarkan metoda gayaberat dipilih area-area dengan nilai dan pola anomali yang mencerminkan tinggian dan rendahan.
Penggabungan kedua metoda antara geologi dan geofisika tersebut menghasilkan deliniasi cekungan-cekungan sedimen dengan ketebalan yang signifikan di darat (onshore). Sedangkan untuk mendeliniasi cekungan-cekungan sedimen di lepas pantai (offshore) dilakukan dengan metoda gayaberat (free-air anomaly).
Atlas Cekungan Sedimen Indonesia ini direncanakan akan menampilkan hasil analisis geofisika dan geologi tiap cekungan, meliputi peta geologi, kolom dan uraian stratigrafi, struktur geologi, serta permodelan konfigurasi pada cekungan-cekungan terpilih.
Departemen Energi dan Sumber Daya MineralBadan GeologiPusat Survei Geologi
Copyright © 2009 Pusat Survei Geologi. All Rights Reserved.
Jl. Diponegoro 57, Bandung - 40122
Jawa Barat - INDONESIA
Tel: 62-22-7203205 | Fax: 62-22-7202669
No comments:
Post a Comment