EDUCATION 4 MINING STUDENT

Saturday, May 5, 2012

TEKTONIK INDONESIA BAGIAN BARAT


Beberapa cekungan-cekungan yang termasuk ke dalam cekungan muka busur di Mandala Indonesia Barat :
1.      Cekungan Sibolga
2.      Cekungan Bengkulu
3.      Cekungan Jawa Selatan.

Cekungan-cekungan busur muka terbentuk sepanjang batas tumbukan lempeng-lempeng , yang keterdapatannya dekat zona penunjaman, dan letaknya antara busur luar non vulkanik dan busur dalam vulkanik.
Cekunga-cekungan tersebut merupakan daerah pengendapan yang berbentuk asimetrik, dengan poros panjangnya terletak dekat dengan busur dalam vulkanik dan ke arah ini biasanya dibatasi oleh sesar-sesar fleksure.
Batuan dasar cekungan ini pada umumnya terdiri dari batuan beku dan batuan malihamn yang secara struktural telah mengalami deformasi dan umumnya diinterpetasikan sebagai kompleks-kompleks melang yang berumur Pratersier.

Beberapa cekungan-cekungan yang termasuk ke dalam sistem cekungan busur belakang di Mandala Indonesia Bagian Barat adalah :
1.           Cekungan Aceh Utara (merupakan penerusan dari cekungan Sumatera Utara)
2.           Cekungan Sumatera Utara
3.           Cekungan Sumatera Tengah
4.           Cekungan Sumatera Selatan
5.           Cekungan Sunda
6.           Cekungan Jawa Barat Laut
7.           Cekungan Jawa Timur
8.           Cekungan Jawa Timur
9.           Cekungan Asem-asem
10.       Cekungan Barito
11.       Cekungan Kutai
12.       Cekungan Tarakan

        

TEKTONIK PULAU SUMATERA


            Tektonik Sumatera terjadi pada akhir neogen, dimana terdapat Orogen Barisan yang dipengaruhi pasangan bususr Indonesia dan pulau Sumatera. Tektonik daerah Sumatera terjadi karena pergerakan konvergen antara lempeng samudera Hindia dan Asian Tenggara (Eurasia) yang bergerak Oblique dengan kemiringan 50-60o dan kecepatan pergerakan lempeng 7 cm/a. Sistem subduction merupakan rangkaian yang kompleks, hasil dari subduction membentuk elemen-elemen tektonik Sumatera yaitu trench, forc arc basin, ridge basin, volcanic arc, back arc basin dan sesar barisan. Volcanic arc terbentuk di kerak benua dan kedudukannya berada pada zona pengangkatan basement terrane di awal tersier dimana hasilnya membentuk pegunungan bukit barisan sepanjang pulau Sumatera. Basement dan volcanic arc dipengaruhi oleh transcurent fault system yang bergerak ke kanan bukit barisan. Sumatera membentuk continental craton dataran Sunda di mana pada masa Palaegosen daerah ini dipengaruhi oeleh perluasan dan penurunan yang menghasilkan celah cekungan seperti cekungan Batubara Ombilin di Sumatera Barat yang dipengaruhi oleh transtensional sepanjang patahan Bariasan.
            Orogen barisan sebenarnya terjadi dengan adanya pengangkatan pegunungan Bukit Barisan dan volcanic arc ditandai oleh influk pada sedimen vulkanoklastik dan sekuen regressive back arc basin pada mid-miosen. Pengangkatan ini disertai dengan intrusi pada volcanic arc dan pergerakkan sepanjang transpressive sepanjang sistem sesar barisan. Erosi yang terjadi pada penutup dan pembukaan basement menyebabkan kenaikan 4000 m di atas muka laut. Proses pengangkatan pegunungan bukit barisan diikuti juga oleh penyempitan forc arc basin dan back arc basin. Selain menghasilkan cekungan dan pegunungan adanya pergerakan tranpressive pada masa plio-pleistosen sepanjang sistem sesar barisan juga menyebabkan struktur lipatan pada sedimen yang terdapat di back arc basin yang cenderung membentuk 20o terhadap sesar utama. Pergerakan zaman pleistosen sepanjang sistem sesar menyebabkan adanya distribusi tekanan pada daerah tertentu dan menyebabkan timbulnya bukaan cekungan dan seringkali membentuk danau, contohnya danau laut tawar, toba, singkarak, kerinci, ranau atau sedimentasi yang mengisi lembah semangko.
Orogen barisan dilengkapi dengan variasi kecepatan penujaman lempeng samudera Hindia dan reaksi dari Asia Tenggara yang merupakan lanjutan dari collision India dengan batas sebelah Selatan Asia dan pengaturan crustal blocks akibat pergerakan yang terjadi sepanjang transcurrent fault. Subduksi yang oblique merupakan penyebab sesar bariasan dan adanya pergerakan sepanjang sesar barisan menyebabkan pengangkatan pegunungan bukit barisan dan adanya Transtension dan Transpressional efek yang terlihat disepanjang sisa sesar.
Gerak menumbuknya lempeng samudera Hindia terhadap lempeng benua Asia Tenggara di kawasan Sumatera dianggap telah menghasilkan gerak pengangkatan terakhir dari pegunungan Barisan serta menyebabkan terjadinya sesar-sesar mendatar kanan sepanjang pegunungan Barisan. Gejala struktur yang paling menonjol adalah lipatan-lipatan dan sesar-sesar yang ada di Baratlaut-Tenggara.


TEKTONIK PULAU JAWA


            Konfigurasi tektonik pulau Jawa yang terlihat saat sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua lempeng yang bergerak saling mendekat dan mengalami tabrakan, di mana proses tersebut relatif bergerak menyerong (oblique) antara lempeng samudera Hindia pada bagian Barat Daya dan lempeng benua Asia bagian Tenggara (Eurasian), di mana lempeng samudera Hindia menyusup ke lempeng Asia Tenggara. Pada zona subduksi akan dihasilkan palung Jawa (Java trench) dengan pergerakan relatif 7 cm/a. Pada zona subduksi terdiri dari “Acctionary Complex” yang materialnya secara garis besar dari lantai samudera India pada busur muka Jawa. Pertemuan kedua lempeng tektonik tersebut akan menghasilkan beberapa elemen regional, berikut dijelaskan berturut-turut dari java trench di Barat Daya sampai Timur Laut adalah :
1.      Outer arc, dimana pada pulau Jawa tidak terbentuk pulau-pulau lepas pantai namun hanya berupa pegunungan pada permukaan laut, hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh kecepatan lereng yang akan mempengaruhi tektonik, pola sediemntasinya serta struktur pada daerah atas zona subduksinya.
2.      Fore arc basin, terebntuk sepnajang batas tumbukan lempeng yang letaknya dekat dengan zona penujaman dan letaknya antara busur luar non volkanik (outer arc) dan busur vulkanik. Pada pulau Jawa, fore arc basin membentang luas pada lempeng benua dan terbentuk pada akhir palageogen berupa sediemn resesn dan terjadi karena proses pemekaran lantai samudera pada oligosen yang diikuti dengan uplift dan erosi secara regional.
3.      Adanya busur vulkanik aktif (Vulcanic active arc), terbentuk akibat adanya perpanjangan zona subduksi “sunda arc system”. Akibat tumbukan dua lempeng tersebut akan mengakibatkan berkurangnya gerak lempeng Hindia-Australia ke Utara, sehingga akan mengakibatkan adanya gerak berlawanan jarum jam (gerak rotasi) dari lempeng dataran Sunda sehingga akan membentuk jalur sesar naik (thrust) dan sebelah Barat Jawa dan bergerak relatif ke Utara (berbaris sampai Kendeng thrust) dan diperpanjang hingga Bali (Bali thrust) dan sampai Flores (Flores thrust). Pada miosen tengah lempeng mengalami percepatan hingga akan terjadi pembentukan busur magma disebelah Selatan Jawa dan pengaktifan kembali sesar-sesar disertai dengan kegiatan volkanisme (berupa intrusi dan pembentukan gunung api).
4.      Di sebelah Utara busur Jawa dan pada laut Jawa cekungan busur belakang, pada lempeng benua dihasilkan pada paparan Sunda dan lempeng samudera pada sebelah Utara Bali dan Flores. Cekungan pada paparan Sunda dibentuk pada palageogen akhir sebagai “rift basin” dan kemudian pada neogen akhir prosesnya dipengaruhi oleh tekanan pada Sunda orogency dan selanjutnya terdeformasi menjadi tight hingga lipatannya membentuk isoclinal. Yang termasuk pada cekungan busur dalam (back arc basin) ialah cekungan Jawa barat (meliputi cekungan Sunda di sebelah Barat, cekungan belintang di Barat Laut dan cekungan cirebon di bagian Timur) dan cekungan Jawa Timur (meliputi cekungan Jawa Tengah bagian Utara dan cekungan Madura).
            Orogen sunda dipengaruhi oleh busur di Indonesia yaitu Jawa Barat dan Nusa Tenggara yang terjadi pada akhir Neogen. Pada bagian akhir busur ini mengalami konvergen antar samudera Hindia dari lempeng Asia Tenggara yang merupakan sesuatu yang normal dengan sisa subduksinya di palung Jawa dengan kecepatan 7 cm/a.
            Hasil subduksinya terdiri dari material lantai samudera Hindia yang komplek yang berasal di Java forc arc, ridge, volcanic arc yang membentuk back bone Jawa dan kepulauan sampai ke Timur. Cekungan yang terdapat di paparan Sunda terbentuk pada akhir palageogen yang ditutupi oleh sedimen marine.
            Akhir neogen sistem dipengaruhi oleh compressi yang berasosiasi dengan orogen Sunda, dimana pada Jawa bagian Utara turbindit neo-pliosennya terdeformasi menjadi lebih rapat, sementara itu untuk Jawa bagian Selatan dan Nusa Tenggara rangkaian vulkanik tua mengalami pengangkatan, pensesaran sehingga membentuk pegunungan dengan ketinggian yang lebih dari 3500 m di atas permukaan laut.
            Pada daerah Jawa bagian Utara, jejak Major back thrust, yaitu Kendeng thrust, dapat ditemukan pada selat Sunda arah timur melintasi Jawa dan melalui cekungan Bali menuju Flores thrust yang terletak di bagian Utara Flores, thrust ini berlanjut ke arah Timur, sama dengan water thrust yang terletak di bagian Utara pualu Timor.
            Adanya anomaly gravitasi di bagain Utara Jawa Timur mengindikasikan lokasi Kendeng thrust. Di Jawa Tengah, thrust terpotong oleh Cimandari dan Citandu fault yang mempunyai perputaran komponen dalam pergerakannya. Gempa yang terdeteksi di Majalengka, Brebes dan Pekalongan menunjukkan bahwa back arc thrust di sini masih aktif.




Kondisi Tektonik Pada Zaman Kwarter Sampai Sekarang

            Kedudukan busur magmatik pada zaman kwarter-sekarang ditandai dengan penyebaran gunung-gunung api muda yang saat ini sedang istirahat maupun yang masih aktif seperti : Gunung Krakatau, Gunung Sabak, Gunung Gede, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Galunggung, Gunung Slamet, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, Gunung Mawis, Gunung Kelud, Gunung Bromo, Gunung Arjuno, sampai ke Gunung Agung di Pulau Bah dan menerus ke Timur sampai Nusa Tenggara.

Rezim Tektonik

            Pada zaman kapur akhir, busur magmatik dan zona tunjaman berarah Barat daya-Timur laut, kemudian pada zaman Paleosen (tersier awal) busur magmatik sudah bergeser lebih ke Selatan.
            Selanjutnya pada zaman paleogen (oligosen-eosen) posisi pada busur magmatik dan zona tunjaman bergeser lebih ke Selatan lagi. Pergeseran daripada kedudukan busur magnetic dan zona tunjaman tersebut adalah mundur ke Selatan bila ditinjau dari tektonik lempeng secara global, atau dengan kata lain mudurnya kedudukan busur magnetic dan zona tunjaman tersebut dikenal dengan “Roll Back”.
            Di daerah cekungan busur belakang “Back Arc Basin” terjadi rezim tektonik regangan (tension) yang ditandai dengan adanya sesar-sesar normal pada batuan dasar di cekungan Jawa Timur Utara dan terbentuknya rendahan (graben) dan tinggian (horst).
            Sedangkan pada zaman neogen (miosen-pliosen) di daerah Jawa Timur bekerja suatu rezim tektonik yang berlawanan arah dengan rezim tektonik zaman Paleogen, yaitu suatu rezim tektonik kompresi (tekanan), hal ini disebabkan oleh suatu tekanan lempeng samudera Australia yang mendesak  ke Utara.
                Posisi atau kedudukan dari pola busur magnetic dan zona tunjaman pada zaman Neogen ini juga menggeser ke Utara. Sebagai akibat dari rezim tektonik tersebut sedimen yang mengisi cekungan belakang busur (cekungan Jawa Timur Utara) terangkat dan terlipat serta terpatahkan/tersesarkan.

No comments:

Post a Comment