Beberapa
cekungan-cekungan yang termasuk ke dalam cekungan muka busur di Mandala
Indonesia Barat :
1.
Cekungan Sibolga
2.
Cekungan Bengkulu
3.
Cekungan Jawa Selatan.
Cekungan-cekungan
busur muka terbentuk sepanjang batas tumbukan lempeng-lempeng , yang
keterdapatannya dekat zona penunjaman, dan letaknya antara busur luar non vulkanik
dan busur dalam vulkanik.
Cekunga-cekungan
tersebut merupakan daerah pengendapan yang berbentuk asimetrik, dengan poros
panjangnya terletak dekat dengan busur dalam vulkanik dan ke arah ini biasanya
dibatasi oleh sesar-sesar fleksure.
Batuan dasar
cekungan ini pada umumnya terdiri dari batuan beku dan batuan malihamn yang
secara struktural telah mengalami deformasi dan umumnya diinterpetasikan
sebagai kompleks-kompleks melang yang berumur Pratersier.
Beberapa
cekungan-cekungan yang termasuk ke dalam sistem cekungan busur belakang di
Mandala Indonesia Bagian Barat adalah :
1.
Cekungan Aceh Utara (merupakan penerusan dari cekungan
Sumatera Utara)
2.
Cekungan Sumatera Utara
3.
Cekungan Sumatera Tengah
4.
Cekungan Sumatera Selatan
5.
Cekungan Sunda
6.
Cekungan Jawa Barat Laut
7.
Cekungan Jawa Timur
8.
Cekungan Jawa Timur
9.
Cekungan Asem-asem
10.
Cekungan Barito
11.
Cekungan Kutai
12.
Cekungan Tarakan
TEKTONIK PULAU SUMATERA
Tektonik Sumatera terjadi pada akhir neogen, dimana
terdapat Orogen Barisan yang dipengaruhi pasangan bususr Indonesia dan
pulau Sumatera. Tektonik daerah Sumatera terjadi karena pergerakan konvergen
antara lempeng samudera Hindia dan Asian Tenggara (Eurasia) yang bergerak
Oblique dengan kemiringan 50-60o dan kecepatan pergerakan lempeng 7
cm/a. Sistem subduction merupakan rangkaian yang kompleks, hasil dari
subduction membentuk elemen-elemen tektonik Sumatera yaitu trench, forc arc
basin, ridge basin, volcanic arc, back arc basin dan sesar barisan. Volcanic
arc terbentuk di kerak benua dan kedudukannya berada pada zona pengangkatan
basement terrane di awal tersier dimana hasilnya membentuk pegunungan bukit
barisan sepanjang pulau Sumatera. Basement dan volcanic arc dipengaruhi oleh transcurent
fault system yang bergerak ke kanan bukit barisan. Sumatera membentuk
continental craton dataran Sunda di mana pada masa Palaegosen daerah ini
dipengaruhi oeleh perluasan dan penurunan yang menghasilkan celah cekungan
seperti cekungan Batubara Ombilin di Sumatera Barat yang dipengaruhi oleh
transtensional sepanjang patahan Bariasan.
Orogen barisan sebenarnya terjadi dengan adanya
pengangkatan pegunungan Bukit Barisan dan volcanic arc ditandai oleh influk
pada sedimen vulkanoklastik dan sekuen regressive back arc basin pada
mid-miosen. Pengangkatan ini disertai dengan intrusi pada volcanic arc dan
pergerakkan sepanjang transpressive sepanjang sistem sesar barisan. Erosi yang
terjadi pada penutup dan pembukaan basement menyebabkan kenaikan 4000 m di atas
muka laut. Proses pengangkatan pegunungan bukit barisan diikuti juga oleh
penyempitan forc arc basin dan back arc basin. Selain menghasilkan cekungan dan
pegunungan adanya pergerakan tranpressive pada masa plio-pleistosen sepanjang
sistem sesar barisan juga menyebabkan struktur lipatan pada sedimen yang
terdapat di back arc basin yang cenderung membentuk 20o terhadap
sesar utama. Pergerakan zaman pleistosen sepanjang sistem sesar menyebabkan
adanya distribusi tekanan pada daerah tertentu dan menyebabkan timbulnya bukaan
cekungan dan seringkali membentuk danau, contohnya danau laut tawar, toba,
singkarak, kerinci, ranau atau sedimentasi yang mengisi lembah semangko.
Orogen barisan
dilengkapi dengan variasi kecepatan penujaman lempeng samudera Hindia dan
reaksi dari Asia Tenggara yang merupakan lanjutan dari collision India dengan
batas sebelah Selatan Asia dan pengaturan crustal blocks akibat pergerakan yang
terjadi sepanjang transcurrent fault. Subduksi yang oblique merupakan penyebab
sesar bariasan dan adanya pergerakan sepanjang sesar barisan menyebabkan
pengangkatan pegunungan bukit barisan dan adanya Transtension dan
Transpressional efek yang terlihat disepanjang sisa sesar.
Gerak
menumbuknya lempeng samudera Hindia terhadap lempeng benua Asia Tenggara di
kawasan Sumatera dianggap telah menghasilkan gerak pengangkatan terakhir dari
pegunungan Barisan serta menyebabkan terjadinya sesar-sesar mendatar kanan
sepanjang pegunungan Barisan. Gejala struktur yang paling menonjol adalah
lipatan-lipatan dan sesar-sesar yang ada di Baratlaut-Tenggara.
TEKTONIK PULAU JAWA
Konfigurasi tektonik pulau Jawa yang terlihat saat
sekarang adalah akibat adanya pergerakan dua lempeng yang bergerak saling
mendekat dan mengalami tabrakan, di mana proses tersebut relatif bergerak
menyerong (oblique) antara lempeng samudera Hindia pada bagian Barat Daya dan
lempeng benua Asia bagian Tenggara (Eurasian),
di mana lempeng samudera Hindia menyusup ke lempeng Asia Tenggara. Pada zona
subduksi akan dihasilkan palung Jawa (Java trench) dengan pergerakan relatif 7
cm/a. Pada zona subduksi terdiri dari “Acctionary Complex” yang
materialnya secara garis besar dari lantai samudera India pada busur muka Jawa.
Pertemuan kedua lempeng tektonik tersebut akan menghasilkan beberapa elemen
regional, berikut dijelaskan berturut-turut dari java trench di Barat Daya
sampai Timur Laut adalah :
1.
Outer arc, dimana pada pulau Jawa tidak terbentuk pulau-pulau
lepas pantai namun hanya berupa pegunungan pada permukaan laut, hal ini dapat
terjadi karena adanya pengaruh kecepatan lereng yang akan mempengaruhi
tektonik, pola sediemntasinya serta struktur pada daerah atas zona subduksinya.
2.
Fore arc basin, terebntuk sepnajang batas tumbukan lempeng
yang letaknya dekat dengan zona penujaman dan letaknya antara busur luar non
volkanik (outer arc) dan busur vulkanik. Pada pulau Jawa, fore arc basin
membentang luas pada lempeng benua dan terbentuk pada akhir palageogen berupa
sediemn resesn dan terjadi karena proses pemekaran lantai samudera pada
oligosen yang diikuti dengan uplift dan erosi secara regional.
3.
Adanya busur vulkanik aktif (Vulcanic active arc), terbentuk
akibat adanya perpanjangan zona subduksi “sunda arc system”. Akibat tumbukan
dua lempeng tersebut akan mengakibatkan berkurangnya gerak lempeng
Hindia-Australia ke Utara, sehingga akan mengakibatkan adanya gerak berlawanan
jarum jam (gerak rotasi) dari lempeng dataran Sunda sehingga akan membentuk
jalur sesar naik (thrust) dan sebelah Barat Jawa dan bergerak relatif ke Utara
(berbaris sampai Kendeng thrust) dan diperpanjang hingga Bali (Bali thrust) dan
sampai Flores (Flores thrust). Pada miosen tengah lempeng mengalami percepatan
hingga akan terjadi pembentukan busur magma disebelah Selatan Jawa dan
pengaktifan kembali sesar-sesar disertai dengan kegiatan volkanisme (berupa
intrusi dan pembentukan gunung api).
4.
Di sebelah Utara busur Jawa dan pada laut Jawa cekungan busur
belakang, pada lempeng benua dihasilkan pada paparan Sunda dan lempeng samudera
pada sebelah Utara Bali dan Flores.
Cekungan pada paparan Sunda dibentuk pada palageogen akhir sebagai “rift basin”
dan kemudian pada neogen akhir prosesnya dipengaruhi oleh tekanan pada Sunda
orogency dan selanjutnya terdeformasi menjadi tight hingga lipatannya membentuk
isoclinal. Yang termasuk pada cekungan busur dalam (back arc basin) ialah
cekungan Jawa barat (meliputi cekungan Sunda di sebelah Barat, cekungan
belintang di Barat Laut dan cekungan cirebon
di bagian Timur) dan cekungan Jawa Timur (meliputi cekungan Jawa Tengah bagian
Utara dan cekungan Madura).
Orogen sunda dipengaruhi oleh busur di Indonesia yaitu
Jawa Barat dan Nusa Tenggara yang terjadi pada akhir Neogen. Pada bagian akhir
busur ini mengalami konvergen antar samudera Hindia dari lempeng Asia Tenggara
yang merupakan sesuatu yang normal dengan sisa subduksinya di palung Jawa
dengan kecepatan 7 cm/a.
Hasil subduksinya terdiri dari material lantai samudera
Hindia yang komplek yang berasal di Java forc arc, ridge, volcanic arc yang
membentuk back bone Jawa dan kepulauan sampai ke Timur. Cekungan yang terdapat
di paparan Sunda terbentuk pada akhir palageogen yang ditutupi oleh sedimen
marine.
Akhir neogen sistem dipengaruhi oleh compressi yang
berasosiasi dengan orogen Sunda, dimana pada Jawa bagian Utara turbindit
neo-pliosennya terdeformasi menjadi lebih rapat, sementara itu untuk Jawa
bagian Selatan dan Nusa Tenggara rangkaian vulkanik tua mengalami pengangkatan,
pensesaran sehingga membentuk pegunungan dengan ketinggian yang lebih dari 3500
m di atas permukaan laut.
Pada daerah Jawa bagian Utara, jejak Major back thrust,
yaitu Kendeng thrust, dapat ditemukan pada selat Sunda arah timur melintasi
Jawa dan melalui cekungan Bali menuju Flores thrust yang terletak di bagian
Utara Flores, thrust ini berlanjut ke arah Timur, sama dengan water thrust yang
terletak di bagian Utara pualu Timor.
Adanya anomaly gravitasi di bagain Utara Jawa Timur
mengindikasikan lokasi Kendeng thrust. Di Jawa Tengah, thrust terpotong oleh
Cimandari dan Citandu fault yang mempunyai perputaran komponen dalam
pergerakannya. Gempa yang terdeteksi di Majalengka, Brebes dan Pekalongan
menunjukkan bahwa back arc thrust di sini masih aktif.
Kondisi Tektonik Pada Zaman Kwarter Sampai Sekarang
Kedudukan busur magmatik pada zaman kwarter-sekarang
ditandai dengan penyebaran gunung-gunung api muda yang saat ini sedang
istirahat maupun yang masih aktif seperti : Gunung Krakatau, Gunung Sabak,
Gunung Gede, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Galunggung, Gunung Slamet, Gunung
Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, Gunung Mawis, Gunung
Kelud, Gunung Bromo, Gunung Arjuno, sampai ke Gunung Agung di Pulau Bah dan
menerus ke Timur sampai Nusa Tenggara.
Rezim Tektonik
Pada zaman kapur akhir, busur magmatik dan zona tunjaman
berarah Barat daya-Timur laut, kemudian pada zaman Paleosen (tersier awal)
busur magmatik sudah bergeser lebih ke Selatan.
Selanjutnya pada zaman paleogen (oligosen-eosen) posisi
pada busur magmatik dan zona tunjaman bergeser lebih ke Selatan lagi.
Pergeseran daripada kedudukan busur magnetic dan zona tunjaman tersebut adalah
mundur ke Selatan bila ditinjau dari tektonik lempeng secara global, atau
dengan kata lain mudurnya kedudukan busur magnetic dan zona tunjaman tersebut
dikenal dengan “Roll Back”.
Di daerah cekungan busur belakang “Back Arc Basin”
terjadi rezim tektonik regangan (tension) yang ditandai dengan adanya
sesar-sesar normal pada batuan dasar di cekungan Jawa Timur Utara dan
terbentuknya rendahan (graben) dan tinggian (horst).
Sedangkan pada zaman neogen (miosen-pliosen) di daerah
Jawa Timur bekerja suatu rezim tektonik yang berlawanan arah dengan rezim
tektonik zaman Paleogen, yaitu suatu rezim tektonik kompresi (tekanan), hal ini
disebabkan oleh suatu tekanan lempeng samudera Australia yang mendesak ke Utara.
Posisi atau kedudukan dari
pola busur magnetic dan zona tunjaman pada zaman Neogen ini juga menggeser ke
Utara. Sebagai akibat dari rezim tektonik tersebut sedimen yang mengisi
cekungan belakang busur (cekungan Jawa Timur Utara) terangkat dan terlipat
serta terpatahkan/tersesarkan.
No comments:
Post a Comment